IKHTISAR SEJARAH LAHIRNYA PONDOK PESANTREN DARUT TAFSIR
(Ditulis Oleh Almaghfurllah : KH. Istichori Abdurrahman)
Setelah
menyelesaikan pelajaran disekolah dan pesantren diberbagai tempat, di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa
Timur bersamaan dengan berakhirnya revolusi fisik, tibalah waktunya untuk
mengisi kemerdekaan. Maka pada
tahun 1952, saya mendirikan pesantren yang dilengkapi dengan sekolah
Ibtidaiyah, bertempat di Sindangpala Semplak Bogor.
Kekurangan-kekurangan
setelah kemerdekaan sangat terasa. Pesantren yang telah ada tidak memenuhi
kebutuhan suatu bangsa yang sedang membangun. Keadaan ini menimbulkan berbagai
upaya dari tokoh-tokoh Pesantren. Lahirnya Perguruan-perguruan Tinggi adalah
natijah dari pada usaha ini. Banyak pesantren yang masih belum melihat
kenyataan. Mereka masih mengikuti cara lama. Usaha modernisasi sekalipun
lambat, tapi masih berjalan terus. Kesulitan-kesulitanya datang dari pesantren
itu sendiri. Kalau dilihat dari sejarahnya, logis. Sebab pada umumnya
pesantren-pesantren di Jawa Barat hanya mengutamakan pelajaran-pelajaran Ilmu
Fiqih saja, tapi jarang yang sampai mempelajari ilmu perbandinganya.
Ilmu-ilmu
yang penting seperti: Sejarah Umum, sejarah Islam, tidaklah masuk dalam
pelajaran pesantren, padahal ilmu itu sangat
dianjurkan oleh Alqur’an. Sedang kan pelajaran Tafsir Alqur’an
kebanyakan hanya terbatas kepada ayat ahkam saja. Itupun masih sangat
sederhana. Sedangkan ayat yang mengenai ilmu Pengetahuan Umum tidak disentuhnya.
Kesemuanya itu mengakibatkan:
a. Sempit dalam
berfikir
b. Menganggap
Pengetahuan Umum itu bertentangan dengan Alqur’an
c. Perbedaan dalam
Fiqih, sering menjadikanya pertentangan
Maka jika timbul
kelompok-kelompok ummat, atau terdapat jurang yang dalam antar Ulama dan
Intelektual adalah logis sekali. Keadaan ini wajib dirubah.
CARA MERUBAHNYA
Banyaknya
usaha-usaha yang telah dilakukan, baik oleh para ulama maupun pemerintah. Dan
sayasebagai seorang Muslim, tidak terlepas dari kewajibanitu menurut kadar
kemampuan saya. Saya berkeyakinan adanya anggapan bahwa Pengetahuan Umum itu
bertentangan dengan Alqur’an, sempit dalam berfikir, sering pertentangan dalam
furu, kesemuanya itu timbul dari pendidikan yang kurang sempurna.
Pendidikan
Agama yang azasnya “akhlaq”, tidaklah sempurna bila masih mengabaikan Alqur’an.
Alqur’an adalah petunjuk bagi segenap manusia. Alqur’an menunjukkan jalan yang
lurus untuk mencapai kebahagiaan Dunia dan Akherat. Untuk itu Alqur’an
mengharuskan manusia supaya berilmu dan beriman.
Banyak
ayat-ayat Alqur’an yang mendorong agar manusia mempelajari :
a.
Ilmu Bahasa g.
Ilmu Filsafat
b.
Ilmu falak h.
Ilmu Kedokteran
c.
Ilmu Jiwa i. Ilmu Kemasyarakatan
d.
Ilmu Hayat j.
Ilmu Teknik
e.
Ilmu Pendidikan k.
Ilmu Perdagangan
f.
Ilmu Pertanian l.
Ilmu Sejarah, dll
Fiqih
sendiri telah menetapkan bahwa: Ilmu itu ada yang fardu dan yang Fardhu
Kifayah, yang fardhu kifayah itu antara lain:
1.
Ilmu Kedokteran 4.
Ilmu Bahasa
2.
Ilmu Pertanian 5.
Ilmu Tafsir, dll
3.
Ilmu Teknik
Alqur’an
yang berisikan 6666 ayat, hanya 500 ayat sajalah yang mengenai hokum-huku
Syariat. Sedangkan yang lainya mengenai ilmu-ilmu tersebut diatas. Maka oleh
karena itu bila Alqur’an dipelajari secara khusus, sudah pasti akan membuahkan:
a. Dinamis dalam berfikir
b. Toleran terhadap orang yang
tidak sepaham dalam masalah furu
c. Akan menjadi pendorong dalam
segala kemajuan
TRADISI PESANTREN
Pesantren
yang telah hidup berabad-abad lamanya di Persada Ibu Pertiwi mempunyai
tradisinya sendiri. Pendidikan dan Pengajaran tidak mempunyai batas waktu. Kyai
sebagai gurunya senantiasa berada ditengah-tengah santrinya. Hubungan kyai
dengan santrinya sangat erat sekali, bagaikan keluarganya sendiri. Para santri
bukan saja menerima pelajaran-pelajaran dari kyainya, tapi juga mengikuti segala
jejak langkahnya, dan disinlah terletak ruh pesantren. Santri-santri yang telah berpindah tempat, atau telah
kembali ke kampungya atau menjadi orang yang lebih alim atau menjadi pembesar,
tidaklah putus hubungan dengan kyainya itu.
Tradisi
diatas menimbulkan hal-hal yang baik, tapi juga menimbulkan hal-hal yang buruk,
seperti timbulnya guruisme dan disebut
juga menurut istilah di Jawa Timur “guru kulo”, sehingga si santri tidak
dapat menerima pendapat orang lain, jika pendapat itu bertentangan dengan
gurunya.
BERDIRINYA PESANTREN DARUT TAFSIR
Pada
tahun 1967 berdirilah IAIN Syarif Hidayatullah Bogor. Sebagai dekanya, Bapak
Kyai H. ZABIDI bekas Duta Besar Indonesia di Saudi Arabia. Saya diminta untuk membantu beliau dan saya
diangkat menjadi Dosen Luar Biasa dalam mata kuliah Ilmu Tafsir. Saya merasa
yakin bahwa IAIN inilah yang dapat menyempurnakan Pendidikan Islam dan
sekaligus menutupi kekurangan-kekurangan pesantren. Setelah beberapa lamanya
saya memberikan kuliah, ternyata IAIN yang semula saya harapkan bias
menyempurnakan kekurangan-kekurangan pendidikan dan Pengajaran di Pesantren
tidak memenuhi harapan saya karena IAIN pun mempunyai kekurangan-kekurangan,
yang umumnya para mahasiswanyalebih menguasai Pengetahuan Umum dari pada
Pengetahuan Agama. Mereka banyak yang tidak sanggup menghirup Ilmu Agama
langsung dari buku sumbernya. Hal ini membuat hati saya kecewa kecewa. Maka
timbul yang kuat hendak mendirikan sebuah pesantren yang dapat menyempurnakan
pesantren dan kekurangan-kekurangan Pendidikan Islam di sekolah-sekolah.
Maka
pada akhir tahun 1971 didirikanlah Pesantren “DARUT TAFSIR” di Gunung Batu
Bogor, dimana Ilmu Tafsir menjadi pelajaran pokoknya. Untuk dapat mendalami
Tafsir Alqur’an, diperlukan ilmu Pokok dan Ilmu Bantu. Ilmu Pokok seperti Ilmu Bahasa Arab dan ilmu Bantu ialah
pengetahuan Umum. Untuk mencapai kedua macam ilmu itu diperlukan adanya
sekolah-sekolah. Dan pesantren Darut Tafsir telah memiliki dua buah sekolah,
Tsanawiyah dan Aliyah, yang kurikulumnya mempergunakan kurikulum Pemerintah.
HUBUNGAN PELAJARAN PESANTREN DAN
SEKOLAH
Pelajaran-pelajaran
Pesantren dan Sekolah sifatnya saling membantu kesulitan Pesantren dalam
melaksanakan pelajaran tafsir sesama fak
terbentur kepada:
a. Belum adanya kurikulum Pesantren. Sedangkan Kurikulum Fakultas
jurusan Ilmu Tafsir tidak dapat
diterapkan dalam pesantren.
b. Belum adanya buku-buku Tafsir yang sistematik
Maka untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
tersebut, telah ditulis dua buah buku :
1.
PELENGKAP TAFSIR
2.
AHKAMUL QUR’AN
KEPINDAHAN PESANTREN “ DARUT TAFSIR “
Pada
tanggal 5 Mei 1974 pesantren Darut Tafsir berpindah tempat dari Gunung Batu
Kecamatan Ciomas ke Cibanteng Kecamatan Ciampea. Dengan keyakinan ditempat yang
baru itu akan lebih berkembang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar