Senin, 07 April 2014

NU Online

NU Online
KH M. ISTICHORI ABDURRAHMAN
Pejuang NU dari Kampung Kedaung Bogor
Senin, 09/02/2009 13:02
Bogor, NU Online

Bagi sebagian besar ulama dan masyarakat Bogor, nama KH M. Istichori Abdurrahman sudah tidak asing lagi di telinga. Selain tercatat sebagai pendiri salah satu pondok pesantren besar yaitu Pesantren Darut Tafsir yang terletak di Desa Cibanteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, KH Istichori juga tercatat sebagai salah satu ulama legendaris Bogor dan pejuang kemerdekaan yang dilahirkan dari Nahdlatul Ulama (NU).

Menurut KH Nu’man Istichori --salah seorang putra KH M. Istichori Abdurrahman-- almagfurlah dilahirkan di sebuah dusun terpencil di Bogor yaitu di Dusun Kedaung, Desa Rengasjajar, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor pada tahun 1921. Setelah berpindah dari satu tempat ke tempat lain, almagfurlah meninggal di Desa Cibanteng Ciampea pada tahun 1994 dengan mewariskan kepada umat Islam sebuah pesantren.

“Kiprah dan perjalanan beliau selama hidup banyak memberikan pelajaran bagi generasi sekarang. Selama hidup, almagfurlah selalu mendedikasikan dirinya bagi umat dan bangsa,” kata KH Nu’man dalam acara haul ke-14 KH Istichori Abdurrahman akhir pekan lalu.

Di gelanggang dakwah dan politik, nama KH Istichori sangat dikenal. Pasalnya beliau adalah salah satu tokoh pejuang kemerdekaan. Selain itu beliau juga salah satu pendiri NU Bogor. Bersama almarhum KH Zabidi, beliau membidani kelahiran NU Bogor. Di samping itu beliau juga membidani kelahiran Majelis Ulama Jawa Barat yang menjadi cikal bakal Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Sedangkan di kancah pendidikan, lanjut Nu’man yang semasa mahasiswa aktif di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), sejak tahun 1952 almagfurlah telah berkecimpung di dunia pesantren dengan mendirikan Pesantren Nurul Falah yang berlokasi di Desa Rancabungur, Kecamatan Semplak (waktu itu), Kabupaten Bogor.

Selanjutnya pada tahun 1971 almagfurlah memutuskan untuk mendirikan Pesantren Darut Tafsir yang berlokasi di Desa Gunungbatu (saat ini masuk wilayah Kota Bogor), Kecamatan Ciomas, Bogor. Pengembangan pesantren dilengkapi dengan persekolahan dengan membuka Madrasah Tsanawiyyah dan Madrasah Aliyah. Pada tahun 1974, karena lokasi di Gunungbatu sudah tidak mendukung bagi pengembangan pesantren, beliau memindahkan Pesantren Darut Tafsir ke lokasi baru di Desa Cibanteng, Ciampea, Bogor.

“Pemindahan lokasi pesantren dari Gunungbatu ke Ciampea dilakukan dengan pertimbangan untuk pengembangan ke depan. Karena saat itu kawasan Gunungbatu sudah padat oleh permukiman penduduk, sehingga sulit melakukan pengembangan pesantren,” papar KH Nu’man.

Kiprah lain yang dilakukan almagfurlah saat masih hidup adalah menjadi dosen. Pada tahun 1967, selain membina santri di pesantren dan umat Islam di Bogor, beliau juga tercatat sebagai dosen luar biasa di IAIN Sunang Gunung Djati Bogor, dengan memegang mata Kuliah Ilmu Tafsir.

“Almagfurlah merupakan figur kiai kampung, namun berkat kecintaannya pada umat dan bangsa beliau memberikan tauladan yang baik bagi kita, karena selalu mendermakan hiduonya untuk maslahat orang banyak,” kata pengasuh pesantren Darut
Tafsir ini. (hir)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar